Hujan Meteor Leonid
Pada 17-18 November 2023, langit akan dihiasi oleh hujan meteor Leonid yang rata-rata menghasilkan hingga 15 meteor per jam pada puncaknya.
Hujan meteor ini termasuk fenomena astronomi yang langka karena puncaknya hanya terjadi setiap 33 tahun sekali di mana ratusan meteor per jam dapat terlihat.
Leonid dihasilkan oleh butiran debu yang ditinggalkan oleh komet Tempel-Tuttle, yang ditemukan pada tahun 1865.
Di bulan Desember 2023 ini akan terjadi hujan meteor dan fenomena langit langka. Buat kamu pecinta astronomi, perlu mencatat daftar hujan meteor dan fenomena langit yang akan terjadi di bulan Desember 2023.
Dilansir dari situs Langit Selatan, berikut ini daftar hujan meteor dan fenomena langit di Desember 2023.
Hujan Meteor Taurid
Taurid adalah hujan meteor kecil yang berlangsung lama dan menghasilkan sekitar 5-10 meteor per jam.
Hujan meteor ini dihasilkan oleh butiran debu yang ditinggalkan oleh Asteroid 2004 TG10 dan puing-puing yang ditinggalkan Komet 2P Encke.
Puncak hujan meteor ini terjadi pada malam tanggal 4 November dan pagi hari tanggal 5 November.
Baca Juga: Cara Melihat Hujan Meteor Taurid Pekan Depan
Pada 13 November 2023, Planet Uranus akan berada pada titik terdekatnya dengan Bumi dan akan diterangi sepenuhnya oleh Matahari.
Planet berwarna biru kehijauan ini akan lebih terang dan akan terlihat sepanjang malam. Ini adalah waktu terbaik untuk melihat Uranus.
Karena jaraknya yang jauh, ia hanya akan tampak sebagai titik kecil berwarna biru kehijauan jika dilihat melalui teleskop.
-22 Desember 2023: Hujan Meteor Ursid
Hujan meteor Ursid yang berlangsung dari tanggal 13-24 Desember, akan tampak datang dari rasi Ursa Minor. Hanya para pengamat di belahan Bumi Utara atau di atas garis khatulistiwa saja yang dapat menyaksikan lintasan meteor Ursid.
Rasi Ursa Minor akan terbit lewat tengah malam bagi pengamat di belahan Bumi Utara. Untuk pengamat di belahan Bumi Selatan, Ursa Minor terbit hampir bersamaan dengan Matahari terbit. Sehingga, hujan meteor Ursid tidak akan teramati oleh pengamat yang tinggal di bawah garis khatulistiwa.
Puncak hujan meteor Ursid terjadi pada tanggal 21-22 Desember 2023 dan meteor yang melintas di langit akan bergerak dengan kecepatan 33 km/jam. Saat mencapai intensitas maksimum, pengamat hanya bisa melihat 10 meteor per jam dari sisa komet 8P/Tuttle yang dilintasi Bumi.
Hujan meteor Ursid terbit pada pukul 04.15 WIB dari Bandung. Tapi untuk pengamat Indonesia di belahan bumi Utara atau di utara khatulistiwa seperti di Banda Aceh, hujan meteor ini bisa mulai diamati sejak pukul 01.20 WIB
Hujan meteor merupakan salah satu fenomena alam yang dapat dinikmati keindahannya. Ada cara-cara melihat hujan meteor yang bisa dilakukan untuk menyaksikan peristiwa tersebut.
Saat dilihat, hujan meteor bergerak seperti kilatan cahaya yang memanjang dan bergerak cepat. Berikut informasi selengkapnya soal cara melihat hujan meteor.
ilansir situs resmin LAPAN, hujan meteor adalah meteor yang jatuh dan melewati permukaan bumi dalam jumlah banyak. Meteor yang dilihat dari permukaan bumi akan terlihat seperti hujan yang turun.
Dikutip dari situs Space, berikut adalah cara-cara melihat hujan meteor:
Cari lokasi dengan medan pandang ke langit selatan,
Jauhi cahaya terang, pergilah ke tempat paling gelap untuk melihat hujan meteor secara jelas,
Lihatlah meteor dengan mata telanjang karena hujan meteor lebih baik disaksikan dengan penglihatan langsung,
Anda tidak memerlukan peralatan khusus, seperti teleskop atau teropong karena hujan meteor dapat disaksikan secara langsung,
Berikan waktu sekitar 30-45 menit untuk mata kita beradaptasi dengan kegelapan,
Hindari penggunaan ponsel saat ingin melihat hujan meteor agar mata bisa menyesuaikan penglihatan saat gelap,
Pilih lokasi dengan penampakan langit tidak terganggu pepohonan atau bangunan,
Nikmati hujan meteor sambil berbaring telentang agar menambah ketenangan saat menyaksikan menyaksikan peristiwa tersebut.
Selain hujan meteor ada beberapa fenomena langit berkaitan dengan fase Bulan yang terjadi di bulan Desember ini. Berikut daftar fenomena Bulan di Desember 2023 dan prakiraan waktu terjadinya:Baca selengkapnya di link berikut ini.Itu dia informasi seputar hujan meteor dan fenomena langit di bulan Desember 2023.
Sederet fenomena langit bakal terjadi di bulan November mulai dari hujan meteor sampai oposisi Planet Jupiter dan Uranus. Berikut rincian waktunya.
Jika Anda pemburu pemandangan langit, ada beberapa hal yang harus diingat agar tak melewatkan momentum keindahannya. Terlebih, sejumlah fenomena kerap berlangsung hanya sebentar saja. Ketepatan waktu jadi senjata.
Terlebih, November jadi masa mulai datangnya hujan di sebagian besar wilayah Indonesia setelah berbulan-bulan dilanda kekeringan imbas El Nino. Efeknya, langit bakal mendung melulu dan menutupi pemandangan langit itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pastikan pula lokasi pengamatan Anda tak banyak terpapar polusi cahaya. Wilayah pedesaan atau pegunungan mestinya jadi opsi.
Untuk lebih detilnya, berikut deret fenomena langit di bulan November dan waktunya yang dirangkum CNNIndonesia.com dari berbagai sumber:
Awal November, hujan meteor Taurids, yang tergolong minor, bakal mewarnai langit meski frekuensinya tak begitu banyak.
Hujan meteor ini akan terjadi setidaknya tiga meteor per jam dan puncak hujan meteor terjadi pada larut malam dibandingkan sebelum fajar seperti kebanyakan hujan meteor.
Jadi, jika Anda sedang berkemah atau berada di luar ruangan pada malam itu, mungkin Anda akan menangkap satu atau dua bola api meskipun jumlahnya sedikit, seperti dikutip dari situs Almanac.
Menurut keterangan Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (ORPA BRIN), hujan meteor ini terbagi dua, yakni Taurid Selatan dan Taurid Utara.
Taurid Selatan terjadi pada 6 November dengan frekuensi 6,3 sampai 6,9 meteor per jam. Ini terjadi pada saat Bulan masuk fase perbani akhir alias bulan separuh.
Taurid Utara berlangsung pada 13 November dengan kemunculan 4,2 sampai 4,8 meteor per jam. Fenomena ini bersamaan dengan fase bulan baru alias tak tampak Bulan.
Pada pertengahan November dini hari, fenomena hujan meteor mayor akan terlihat di bagian timur laut dekat konstelaai Leo, Hujan Meteor Leonid.
Leonid dapat terlihat dari Belahan Bumi Utara dan Selatan, jadi di mana pun Anda berada, jika Anda jauh dari polusi cahaya dan memiliki langit yang cerah, Anda dapat duduk santai dan menonton acara tahunan ini.
ORPA BRIN menyebut Hujan Meteor Leonid mencapai puncaknya pada 18 November. Frekuensinya bisa mencapai 8 sampai 12 meteor per jam jika pengamatan dilakukan di Rote Ndao, NTT, dan 9 hingga 14 meteor per jam di Sabang, Aceh.
Pada saat yang sama, Bulan masuk fase Sabit Awal, yang artinya hujan meteor bakal lebih jelas karena pesaing lemah.
Apakah Fenomena Hujan Meteor Berbahaya?
Meskipun meteor jatuh ke arah Bumi dan berinteraksi dengan atmosfer Bumi, namun biasanya meteor yang jatuh ini tidak sampai ke permukaan Bumi. Hal ini karena meteor tersebut sudah terbakar ketika melewati atmosfer Bumi. Sehingga fenomena hujan meteor tidak berbahaya.
Hujan meteor Taurid akan terjadi dan menghiasi langit Indonesia pada bulan November 2023 ini. Fenomena hujan meteor ini terdiri dari hujan meteor Taurid Selatan dan hujan meteor Taurid Utara, yang terjadinya pada tanggal yang berbeda.
Seperti dilansir Langit Selatan, secara umum fenomena hujan meteor Taurid datang dari rasi Taurus dan dimulai dari bulan September sampai Desember. Perpaduan hujan meteor Taurid Utara dan Selatan ini menjadi atraksi menarik di langit. Apalagi dengan kehadiran fireball.
Lantas kapan waktu puncak terjadinya fenomena hujan meteor Taurid Selatan dan hujan meteor Taurid Utara di tahun 2023? Apakah dapat diamati dari wilayah Indonesia? Simak informasi selengkapnya sebagai berikut:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menariknya, prakiraan waktu puncak terjadinya fenomena hujan meteor Taurid tahun 2023 ini bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya di seluruh dunia. Meski begitu, rentang waktu terjadinya fenomena ini masih berada pada tanggal yang berdekatan.
Menurut Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), hujan meteor Taurid Selatan akan terjadi puncaknya pada sekitar tanggal 5-6 November 2023. Sementara untuk hujan meteor Taurid Utara akan terjadi puncaknya pada sekitar tanggal 12-13 November 2023.
Untuk intensitas hujan meteor Taurid Selatan pada saat puncaknya diperkirakan akan terjadi 6,3 sampai 6,9 meteor per jam. Sedangkan untuk intensitas hujan meteor Taurid Utara pada saat puncaknya diperkirakan akan terjadi 4,2 sampai 4,8 meteor per jam.
Demikian informasi yang diperoleh berdasarkan data dari LAPAN BRIN mengenai "Fenomena Astronomis 2023 - Bagian Keempat: Hujan Meteor" seperti dilansir melalui akun media sosial Instagram resminya (@lapan_brin), yang dikutip detikcom Jumat (3/11/2023).
Sementara dilansir laman Space, waktu terjadinya hujan meteor Taurid Selatan akan mencapai puncaknya antara tanggal 4-5 November 2023. Sedangkan hujan meteor Taurid Utara akan mencapai puncaknya antara tanggal 11-2 November 2023.
-14 Desember 2023: Hujan Meteor Geminid
Hujan meteor Geminid akan berlangsung dengan 150 meteor per jam pada saat mencapai maksimum. Hujan meteor Geminid tampak datang dari rasi kembar Gemini. Hujan meteori ini berlangsung dari tanggal 19 November-24 Desember dengan intensitas maksimum akan terjadi tanggal 14 Desember.
Hujan meteor Geminid berasal dari puing-puing asteroid 3200 Phaethon. Hujan meteor ini melaju dengan kecepatan 35 km/detik dan bisa dinikmati kehadirannya setelah rasi Gemini terbit pukul 20:03 WIB. Bulan terbenam pukul 19:28 WIB sekitar 35 menit sebelum radian Geminid terbit.
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Hujan meteor Perseid yang puncaknya terjadi pada 13 Agustus 2023 dapat diamati di seluruh wilayah Indonesia, berikut waktu terbaik untuk menyaksikan menurut Profesor riset astronomi-astrofisika BRIN.
Simak artikel berikut ini untuk mengetahui hujan meteor lain yang terjadi di sisa 2023, selain Perseid yang disebut bisa diamati pada 12 dan 13 Agustus 2023.
Kamu penasaran dengan hujan meteor Perseid yang bakal bisa disaksikan 12 dan 13 Agustus 2023, yuk cek di sini 5 hal yang perlu kamu tahu tentang fenomena langit ini.
Hujan meteor Perseid adalah fenomena langit yang terjadi setiap tahun ketika Bumi melewati jejak debu komet Swift-Tuttle. Tahun ini, hujan meteor ini akan mencapai puncaknya pada 12-13 Agustus 2023 dan bisa disaksikan di atas langit Indonesia pada dini hari
Fenomena langka hujan meteor diprediksi akan terjadi pada 13 Agustus 2023 mendatang. Pemandangan bintang jatuh berjemaah ini akan menghiasi langit Indonesia pada dinihari
Hujan meteor Perseid yang puncaknya terjadi pada 13 Agustus 2023 dapat diamati di seluruh wilayah Indonesia, berikut waktu terbaik untuk menyaksikan menurut Profesor riset astronomi-astrofisika BRIN.
Simak artikel berikut ini untuk mengetahui hujan meteor lain yang terjadi di sisa 2023, selain Perseid yang disebut bisa diamati pada 12 dan 13 Agustus 2023.
Kamu penasaran dengan hujan meteor Perseid yang bakal bisa disaksikan 12 dan 13 Agustus 2023, yuk cek di sini 5 hal yang perlu kamu tahu tentang fenomena langit ini.
Hujan meteor Perseid adalah fenomena langit yang terjadi setiap tahun ketika Bumi melewati jejak debu komet Swift-Tuttle. Tahun ini, hujan meteor ini akan mencapai puncaknya pada 12-13 Agustus 2023 dan bisa disaksikan di atas langit Indonesia pada dini hari
Fenomena langka hujan meteor diprediksi akan terjadi pada 13 Agustus 2023 mendatang. Pemandangan bintang jatuh berjemaah ini akan menghiasi langit Indonesia pada dinihari
Karena itu, masyarakat Indonesia memiliki kesempatan besar untuk menyaksikan hujan meteor ini karena puncaknya terjadi pada Jumat dini hari yang merupakan waktu terbaik untuk mengamati meteor.
Hal lain yang menggembirakan ialah hujan meteor Geminid terjadi saat Bulan masih berusia muda. Bulan baru memasuki fase Bulan baru. Mengutip data Time and Date, konjungsi Bulan terjadi pada Rabu (13/12/2023) pukul 06.32 WIB. Artinya, saat puncak hujan meteor terjadi, umur Bulan kurang dari dua hari.
Jadi, cahaya Bulan sama sekali tak akan mengganggu ketampakan hujan meteor Geminid karena Bulan tenggelam sejak Kamis petang. Hal ini membuat peluang terlihatnya 120 meteor per jam jadi makin besar, dengan syarat kondisi langit di lokasi pengamatan ideal, gelap total, cerah, dan tanpa awan.
Baca Juga: Hujan Meteor Perseids, Bola-bola Api dari Langit Utara
Hujan meteor Geminid, seperti ditulis Earth Sky, 13 Desember 2023, berwarna putih cerah. Ini adalah salah satu hujan meteor terbaik di belahan Bumi utara, khususnya di tahun-tahun yang datangnya bersamaan dengan fase Bulan baru.
Meski Geminid adalah hujan meteor yang terjadi di belahan Bumi utara, tetapi hujan meteor ini juga bisa disaksikan di belahan Bumi selatan. Namun, kecerlangan hujan meteor yang bisa diamati di belahan Bumi selatan itu akan lebih rendah dibandingkan dengan yang bisa diamati di Bumi utara.
Di belahan Bumi selatan, jumlah meteor yang bisa diamati selama hujan meteor Geminid bersaing imbang dengan jumlah meteor saat hujan meteor Perseid yang terjadi di bulan Agustus.
Sesuai namanya, hujan meteor Geminid adalah hujan meteor yang radian atau sumber pancaran meteornya terletak di rasi Gemini, tepatnya di dekat bintang Castor, salah satu bintang terang di rasi Gemini.
Pada Kamis (14/2/2023), rasi Gemini terbit sepenuhnya pukul 20.30 WIB di arah timur-timur laut. Namun, posisi konstelasi Gemini terlalu rendah untuk diamati.
Selain itu, di awal malam, ketampakan meteor sulit diamati. Pengaruh cahaya senja yang kuat dan Bumi belum menghadap arah datangnya meteor membuat ketampakan meteor sulit diamati. Karena itu, meteor umumnya tampak lebih jelas selepas tengah malam hingga menjelang terbitnya fajar.
Posisi rasi Gemini dilihat dari Jakarta pada Kamis (14/12/2023) pukul 20.43 WIB atau sesaat setelah rasi Gemini terbit di arah timur-timurlaut. Radian hujan meteor Geminid berada di dekat bintang Castro, salah satu bintang terang di rasi Gemini. Meski rasi Gemini sudah muncul, hujan meteor baru bisa diamati selepas tengah malam hingga subuh.
Rasi Gemini akan mencapai tinggi maksimum pada ketinggian sekitar 50 derajat dan berada di arah utara pada pukul 02.00 WIB. Ketinggian maksimum Gemini yang terjadi menjelang puncak hujan meteor membuat hujan meteor akan lebih mudah diamati karena posisinya yang cukup tinggi. Selain itu, selepas tengah malam, perputaran Bumi pada porosnya membuat Bumi juga menghadap arah datangnya meteor.
Hujan meteor Geminid terjadi saat Bumi dalam pergerakannya mengelilingi Matahari setiap pertengahan bulan Desember memasuki bekas lintasan asteroid 3200 Phaёthon memutari Matahari. Saat material pecahan asteroid itu bersentuhan dengan atmosfer Bumi, maka kerikil dan debu itu akan mulai terbakar di ketinggal sekitar 100 kilometer dari Bumi dan memasuki Bumi dengan kecepatan 35 kilometer per jam.
Sama seperti semua benda Tata Surya lain, asteroid 3200 Phaёthon bergerak mengelilingi Matahari. Jarak terdekat asteroid ini sekitar setengah jarak Matahari ke Merkurius, planet terdekat dengan Matahari. Sementara jarak terjauhnya dengan Matahari melebihi jarak Matahari ke planet Mars.
Terakhir kali, asteroid 3200 Phaёthon mendekati Bumi pada 2017. Jarak terdekat asteroid ini berikut diperkirakan terjadi tahun 2093. Karena Phaёthon baru saja mendekati Bumi, bekas lintasan asteroid ini kaya sisa-sisa materi asteroid sehingga memberi sumber daya besar memicu hujan meteor Geminid.
Asteroid 3200 Phaёthon ditemukan dari citra yang diambil oleh Satelit Astronomi Inframerah (IRAS) pada 11 Oktober 1983 oleh Simon Green dan John Davies.
Semula obyek ini dinamai 1983 TB dan diubah menjadi 3200 Phaethon pada 1985. Setelah orbit obyek itu dihitung, Fred Whipple mengumumkan bahwa asteroid itu memiliki orbit yang sama dengan hujan meteor Geminid.
Baca Juga: Berburu Meteor Perseids
Kondisi ini amat tak biasa karena obyek Tata Surya yang memicu terjadi hujan meteor umumnya ialah komet, bukan asteroid. Karena itu, belum jelas bagaimana materi dari permukaan atau bagian dalam asteroid bisa dilepaskan ke luar angkasa dan tertinggal di lintasannya, seperti terjadi saat komet mendekati Matahari.
Meski demikian, asteroid 3200 Phaёthon sejatinya adalah komet yang sudah tidak aktif atau sudah mati sehingga menjadi berperilaku mirip asteroid.
Komet adalah bola salju berdebu yang menyelimuti inti padat. Es dan debu itu akan menyublim saat komet bergerak mendekati Matahari. Komet biasanya ringan dengan kerapatan yang sedikit lebih berat dibandingkan dengan air. Komet berputar mengelilingi Matahari dalam orbit yang memanjang.
Mereka umumnya berasal dari wilayah Sabuk Kuiper yang terletak setelah planet Neptunus, planet terjauh dari Matahari. Komet juga bisa berasal dari Awan Oort, yaitu wilayah paling luar dari Tata Surya.
Sekitar 100 meteor terekam dan ditumpuk dalam citra komposit ini yang terjadi saat puncak hujan meteor Geminid pada Desember 2014.
Saat berada jauh dari Matahari, komet akan tampak seperti cahaya bintang karena hanya terlihat bagian intinya.
Namun, saat mendekati Matahari, komet akan terlihat seperti koma atau kepala komet dengan cahaya samar mirip bercak yang mengelilingi inti komet. Semakin mendekati Matahari, akan muncul ekor komet yang akan semakin panjang ketika berada di dekat Matahari.
Sementara asteoroid adalah batu-batu sisa pembentukan Tata Surya. Mereka tersebar di berbagai tempat, tetapi umumnya terletak di Sabuk Asteroid, antara planet Mars dan Jupiter. Jika diamati dengan teleskop, asteroid akan terlihat seperti bintang.
Meski demikian, beberapa dekade terakhir, teleskop lebih besar berhasil mendeteksi asteroid pada wilayah yang makin jauh dari Sabuk Asteroid. Sebagian obyek itu juga menunjukkan adanya koma dan ekor saat mendekati Matahari sehingga sebutannya pun diubah dari asteroid menjadi komet.
Sebaliknya, komet juga bisa mengalami kematian akibat materi-materi volatilnya terjebak di dalam inti komet. Akibatnya, saat mendekati Matahari, komet ini tidak menunjukkan kerakater seperti komet pada umumnya sehingga selanjutnya dinamakan asteroid.
Wahana antariksa milik Jepang, Destiny+ direncanakan untuk terbang melintasi asteroid ini pada 2028. Destiny+ yang berarti Demonstrasi dan Eksperimen Teknologi Antariksa untuk Penerbangan Antarplanet dengan Terbang Lintas (Flyby) Phaёthon dan Ilmu Debu diprediksi akan diluncurkan tahun 2024.
Masyarakat Indonesia memiliki kesempatan besar untuk menyaksikan hujan meteor ini karena puncaknya terjadi pada Jumat dini hari yang merupakan waktu terbaik untuk mengamati meteor.
Semula, wahana ini akan ditabrakkan ke Phaёthon untuk mempelajari asteroid lebih baik, tetapi rencana ini kemudian dibatalkan.
Tahun ini, Geminid akan terlihat spektakuler karena terjadi di fase Bulan baru. Bulan sudah tenggelam dari Kamis (14/12/2023) petang sehingga tidak akan mengganggu puncak hujan meteor Geminids yang berlangsung Jumat (15/12/2023) selepas tengah malam hingga menjelang subuh dan waktu terbaik mengamatinya sekitar pukul 01.00-04.00 WIB.
Bagi yang tidak punya kesempatannya mengamatinya pada Jumat dini hari, hujan meteor Geminid masih akan terjadi hingga akhir Desember. Namun, jumlah meteor yang bisa diamati tentu akan semakin berkurang.
Selain itu bagi yang tinggi di belahan Bumi utara, masih ada hujan meteor Ursid yang puncaknya terjadi pada 22 Desember 2023. Namun, saat puncak hujan meteor Ursid hanya ada sekitar 10 meteor per jam.
Citra radar terhadap asteroid dekat Bumi 3200 Phaethon yang diambil oleh astronom di Observatorium Arecibo milik National Science Foundation's, Amerika Serikat, pada 17 Desember 2017, saat asteroid itu mendekati Matahari.
Untuk mengamati hujan meteor itu dibutuhkan langit yang tidak hanya cerah, tetapi juga gelap sempurna. Makin gelap dan makin jauh dari perkotaan atau sumber cahaya lampu maka makin besar pula kesempatan Anda untuk bisa mengamati Geminid. Karena itu, pegunungan, tepi hutan dan perdesaan selalu menjadi tempat terbaik untuk mengamati hujan meteor.
Namun, dari pengalaman Kompas saat menyaksikan hujan meteor Leonid di Kawasan Dago, Kota Bandung, Jawa Barat, tahun 1998, kesempatan menyaksikan hujan meteor di tengah kota masih ada selama langit di lokasi cukup gelap.
Saat itu hujan deras juga melanda kota dari sore hingga tengah malam dan menyisakan langit dini hari yang cukup bersih. Meski saat itu hanya bisa menyaksikan belasan meteor dari tengah malam sampai subuh dari perkiraan mencapai lebih dari 100 meteor per jam, pengalaman itu tetap tak terlupakan.
Meskipun demikian, jika hujan meteor diamati di lokasi sama saat ini, sepertinya tak memungkinkan lagi mengingat polusi cahaya makin parah dan mengepung kota Bandung. Terlebih di lokasi sekarang sudah muncul banyak bangunan baru dengan lampu penerangan amat terang dan mengarah ke langit.
Astronom Guy Ottewell menyebut meteor dalam hujan meteor Geminid biasanya berwarna putih dan cenderung terang. Selain kondisi langit, tantangan pengamatan hujan meteor Geminid saat ini adalah musim hujan. Sedikit awan, apalagi sampai mendung dan hujan akan membuat peluang mengamati hujan meteor hilang.
Karena radian hujan meteor Geminid ada di arah timurlaut ke utara, maka Anda perlu memiliki lokasi dengan meda pandang yang bebas ke arah timur laut dan utara. Pastikan tidak ada rumah, gedung, atau pohon yang bisa menghalangi pandangan Anda.
Untuk mengamati meteor, bersiap lebih awal lebih baik untuk menyesuaikan mata kita. Mata manusia butuh sekitar 20 menit untuk bisa beradaptasi dalam kegelapan.
Ajak teman atau keluarga sehingga Anda tak bosan menanti. Selama hujan meteor, meteor bisa muncul tiba-tiba dengan waktu jeda tak beraturan. Bahkan, kadang dua meteor atau lebih muncul hampir bersamaan dari arah berbeda. Meski radian Geminid ada di rasi Gemini, meteor muncul dari arah tak disangka.
Baca Juga: Bumi dalam Bombardir Meteoroid
Tak hanya itu, karena pengamatan dilakukan dini hari dan pada musim hujan, siapkan baju hangat dan nyaman untuk menemani Anda begadang sampai subuh. Makanan dan minuman hangat juga sangat berguna untuk menjaga tubuh Anda.
Duduk di kursi malas atau tikar dengan bantal juga bisa menjadi pilihan menarik untuk menopang leher Anda karena Anda harus mendongakkan kepala ke arah langit selama berjam-jam.
Jadi, jangan lewatkan kesempatan menarik Jumat dini hari nanti. Semoga langit cerah dan gelap total dan kita mampu bertahan dari udara dingin dan mampu bertahan dari rasa kantuk yang sering menyerang menjelang subuh. Selamat berburu hujan meteor Geminid!
JAKARTA, KOMPAS.TV - Pada bulan November 2023 ini akan ada fenomena astronomi yang bisa dilihat di Indonesia.
Diketahui, hampir setiap bulan ada fenomena astronomi berbeda-beda yang menghiasi angkasa.
Pada bulan ini, tercatat akan ada beberapa hujan meteor yang akan menghiasi langit pada malam hari.
Bagi yang ingin melihat atau memantau fenomena astronomi pada November 2023 ini, berikut rinciannya, dikutip dari seasky.com, Senin (6/11/2023).
Baca Juga: Hari Pahlawan 2023 Apakah Libur Tanggal Merah? Simak SKB 3 Menteri
Pada 3 November, Jupiter berada pada titik terdekatnya dengan Bumi dan diterangi sepenuhnya oleh Matahari.
Fenomena ini membuat Jupiter akan lebih terang dan terlihat sepanjang malam serta merupakan waktu terbaik untuk melihat dan memotret Jupiter dan bulan-bulannya.
Proses Terjadinya Fenomena Hujan Meteor
Proses terjadinya fenomena hujan meteor bermula adanya sebuah batuan di luar angkasa yang berpapasan dengan Bumi. Batuan ini merupakan serpihan komet yang telah hancur maupun batuan yang berbeda di luar angkasa.
Gaya gravitasi Bumi yang lebih besar menarik batuan tersebut, sehingga batuan itu bertemu dan bergesekan dengan atmosfer Bumi. Gesekan yang terjadi di atmosfer Bumi dengan batuan pun menyebabkan timbulnya tekanan pada batuan tersebut dan akan menimbulkan panas. Salah satu jenis lapisan atmosfer Bumi ini, yakni lapisan mesosfer.
Karena adanya panas yang ditimbulkan oleh batuan tersebut, mengakibatkan timbulnya api ataupun pembakaran pada batuan tersebut. Hal inilah yang dapat menimbulkan cahaya menyerupai bintang jatuh. Karena adanya meteor yang jatuh dan menyala ini, maka dinamakan hujan meteor.
Dinamakan hujan karena biasanya meteor yang berasal dari serpihan komet yang terbakar, hangus, dan jatuh ini berjumlah lebih dari satu. Sehingga lebih tepat jika disebut sebagai hujan meteor.
Apa yang Dimaksud Fenomena Hujan Meteor?
Mengutip dari LAPAN BRIN, meteor shower atau hujan meteor adalah fenomena meteor yang jatuh dan melewati permukaan Bumi dalam jumlah yang banyak. Sehingga dari permukaan Bumi akan terlihat seperti hujan yang turun.
Hujan meteor secara singkat dapat terjadi karena meteoroid memasuki atmosfer Bumi dengan kecepatan tinggi. Sementara, meteor adalah sebutan yang digunakan untuk menyebut sesuatu (benda-benda luar angkasa) yang jatuh dari luar angkasa.
Desember 2023: Hujan Meteor Phoenicid
Berlangsung pada tanggal 28 November-9 Desember, Hujan meteor Phoenicid akan mencapai puncak pada tanggal 2 Desember. Hujan meteor yang tampak muncul dari rasi Phoenix ini memiliki laju meteor per jam yang beragam saat mencapai maksimum. Para pengamat dapat mengamati sekitar 12 meteor per jam saat malam puncak hujan meteor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hujan meteor Phoenicid berasal dari puing-puing komet D/1819 W1 (Blanpain) dan dapat diamati sejak Matahari terbenam sampai sekitar pukul 02.44 WIB. Waktu terbaik untuk mengamati puncak hujan meteor Phoenicid adalah pukul 20.00 WIB, saat titik arah datang meteor berada pada titik tertinggi di langit.
Desember 2023: Hujan Meteor Puppid-Velids
Berlangsung pada tanggal 1-15 Desember, Hujan meteor Puppid-Velids akan mencapai puncak pada tanggal 7 Desember. Hujan meteor tampak muncul dari rasi Puppis. Saat mencapai maksimum, hujan meteor ini memiliki laju 10 meteor per jam.
Hujan meteor Puppid-Velids baru dapat diamati setelah rasi Puppis yang menjadi radian hujan meteor ini terbit pada pukul 20.27 WIB dan dapat diamati sampai fajar menyingsing.
Waktu terbaik untuk mengamati puncak hujan meteor Puppid-Velids adalah pukul 03.00 WIB, saat titik arah datang meteor berada pada titik tertinggi di langit. Bulan yang baru melewati fase perbani akhir terbit tengah malam.